PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
MAKALAH
PENGANTAR
LINGKUNGAN
“PERKEMBANGAN
PENDUDUK INDONESIA”

Oleh:
INGGO
YURISKO
2IB01
15414341
JURUSAN
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Daftar Isi
Daftar
Isi …………………………………………………………. 2
BAB I Pembahasan
BAB I Pembahasan
A.Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
………………. 3
B. Pertambahan Penduduk dan Lingkungan
Pemukiman…………3
C. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan…………….…4
D.Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit Yang Berkaitan
dengan Lingkungan Hidup ……………………………………5
E. Perumbuhan
Penduduk dan Kelaparan…………………………6
F. Kemiskinan
dan Keterbelakangan………………………………7
Daftar Pustaka……………………………………………………8
A.LANDASAN PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk. Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri. Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
B.Pertambahan Pendududk dan Lingkungan Pemukiman
Pertambahan penduduk dari tahun ke
tahun sangat bertambah pesat di karenakan oleh berbagai faktor. Karena
bertambah pesatnya penduduk terjadi kesenjangan sosial, salah satunya rusaknya
lingkungan pemukiman. Yang selayaknya pemukiman itu tertata bersih, nyaman, dan
indah terawat , tetapi berubah terbalik menjadi kotor dan berantakan.
Bertambahnya penduduk jelas akan
bertambah pula kepadatan pemukiman. Hal ini diakibatkan bertambahnya populasi
manusia yang semakin banyak. Ini jelas akan terjadi kejenuhan yang ada di
kota-kota besar seperti Jakarta . Bertambahnya penduduk jelas mempengaruhi
lingkungan seperti banyaknya sampah dan tata ruang atau kota yang sangat buruk
dan menghilangkan keindahan kota.
Berkembangnya pertambahan penduduk
harus juga diikuti oleh banyaknya lowongan kerja karena jika tidak adanya
lowongan kerja akan terjadi suatu tingkat pengangguran yang tidak sedikit. Jika
hal ini tidak diperhatikan maka akan banyak tingkat kriminal. Lingkungan yang
banyak penduduknya biasanya dapat mengurangi keindahan tempat pemukiman
tersebut seperti banyaknya sampah karena banyaknya penduduk yang membuang
sampah sembarangan.
Hasil
sensus penduduk 2010 tercatat 237,6 juta jiwa sebagai bukti pertumbuhan
penduduk Indonesia 5 tahun lebih cepat dari proyeksi BPS. Karena proyeksi
semula, tahun 2010 baru berjumlah 234,2 juta dan tahun 2015 berkisar 237,8 juta
jiwa. Kenyataannya, tahun 2010 penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta
jiwa.
Pemerintah
mempunyai target baru. Pada 2014 ditargetkan angka fertilitas total (angka
kelahiran/TFR) 2,1 dan pengguna kontrasepsi 65 persen. Saat ini TFR 2,3 dan
pengguna kontrasepsi 61,4 persen. Selain itu ditargetkan empat tahun ke depan
'unmeet need' 5 persen dan usia kawin pertama 21 tahun.
Kendala
program KB adalah otonomi daerah yang mengakibatkan keterputusan koordinasi dan
implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang
khusus mengurusi KB. Di tengah perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan
KB (PLKB) juga tergerus karena kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk
mengedukasi dan memberikan konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan
keluarga dengan baik dan rasional.
C.Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat pendidikan
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan
jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke
tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai
2000.
Selain merupakan sasaran pembangunan,
penduduk juga merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi
akan lebih menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan
adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan
lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.
Di negara-negara yang anggaran
pendidikannya paling rendah, biasanya menunjukkan angka kelahiran yang tinggi.
Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi komposisi usia secara piramida
pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga berakibat bahwa rasio antara
guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah akan terus berkurang.
Akibatnya, banyak negara yang sebelumnya mengarahkan perhatian terhadap
pendidikan universitas, secara diam-diam mengalihkan sasarannya.
Helen Callaway, seorang ahli
antropologi Amerika yang mempelajari masayakat buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan
ekonomi dan perluasan pendidikan dasar telah memperluas jurang pemisah antara
pria dan wanita. Hampir di mana-mana pria diberikan prioritas untuk pendidikan
umum dan latihan-latihan teknis. Mereka adalah orang-orang yang mampu
menghadapi tantangan-tantangan dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia
ditekan secara tajam pada tingkat yang terbawah.
Pertambahan penduduk yang cepat,
lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan,
cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas
pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki dan
wanita, pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Pengaruh daripada dinamika penduduk
terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan
pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan
bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak
dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak-anak,
berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit
masalah ini.
Pertambahan penduduk yang cepat
menghambat program-program perluasan pendidikan, juga mengarah pada aptisme di
dunia yang kesulitan untuk mengatasinya.
Tingkat pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun
2003 Bab I, Pasal I ayat 8).
Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki
pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan
prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal,
tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara
kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.
D.Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan
dengan Lingkungan Hidup
Seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia maka negeri ini akan banyak menghadapi masalah, seperti : tata ruang kota yang jelek, sanitasi air limbah rumah tangga semakin parah, dan banyak bermunculan penyakit – penyakit. Wilayah kawasan kumuh menurut Bank Dunia (1999) merupakan bagian yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya.
Tumbuhnya kawasan kumuh terjadi karena tidak
terbendungnya arus urbanisasi. Di saat banjir, lingkungan yang kumuh sering
terjangkit penyakit seperti : malaria, demam berdarah, gatal –gatal, penyakit
kulit, dan sebagainya. Di karenakan pada saat banjir, selokan – selokan yang
ada di permukiman kumuh tersumbat oleh sampah yang mereka buang sendiri dan
tata ruang kota yang kurang baik. Selain itu banyaknya wilayah hijau di
perkotaan sekarang beralih fungsi sebagai bangunan – bangunan pencakar langit,
mal – mal yang banyak. Sehingga daya serap air di wilayah perkotaan sangat
sedikit. Dengan sedikitnya air yang di serap di wilayah tersebut maka
terjadilah genangan air yang semakin lama semakin membesar dengan terjadinya
hujan.
Dengan terjadinya
bencana banjir, maka datang lagi bencana selanjutnya yaitu penyakit yang
menjadi wabah paling ampuh saat banjir. Banyaknya wabah penyakit yang di
jangkit oleh masyarakat saat banjir, itu semua sangat menggangu kesehatan
masyarakat. Karena air banjir membawa berbagai macam penyakit yang sebagian
besar di sebarkan oleh tikus dan nyamuk. Oleh sebab itu, Langkah-langkah
strategis yang perlu dilakukan untuk penataan lingkungan permukiman kumuh
adalah:
1. Lebih mengefektifkan penertiban administrasi kependudukan bekerja sama dengan perangkat desa yang mewilayahi permukiman kumuh di Kota Denpasar.
2. Penataan kembali lingkungan dengan penyediaan kamar mandi dan jamban umum, program sanimas dan pengelolaan sampah swadaya di permukiman kumuh.
3. Peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat
4. Sosialisasi kebijakan pemerintah kota terkait dengan program penataan kembali permukiman kumuh perlu lebih digalakkan dengan melibatkan kelompok masyarakat di permukiman kumuh.
5. Perlu dilakukan studi lanjutan untuk menggali informasi yang lebih luas terkait dengan penataan kembali lingkungan permukiman kumuh.
1. Lebih mengefektifkan penertiban administrasi kependudukan bekerja sama dengan perangkat desa yang mewilayahi permukiman kumuh di Kota Denpasar.
2. Penataan kembali lingkungan dengan penyediaan kamar mandi dan jamban umum, program sanimas dan pengelolaan sampah swadaya di permukiman kumuh.
3. Peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat
4. Sosialisasi kebijakan pemerintah kota terkait dengan program penataan kembali permukiman kumuh perlu lebih digalakkan dengan melibatkan kelompok masyarakat di permukiman kumuh.
5. Perlu dilakukan studi lanjutan untuk menggali informasi yang lebih luas terkait dengan penataan kembali lingkungan permukiman kumuh.
E.Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
Kekurangan gizi dan angka kematian
anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan Pasifik kendati
ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu, kata sebuah laporan badan
kesehatan PBB hari Senin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran
kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan Pembangunan Milenium PBB
tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecnderungan
sekarang.
Antara tahun 1990 dan 2002– data yang
paling akhir– jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di
indonesia dan 15 juta di Surabaya dan 47 juta orang di Asia timur, kata laporan
tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat
badannya terlalu ringan di Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai
sembilan persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32
persen).
Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan kekurangan
gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap
sepertiga.
Tidak ada satupun negara-negara miskin
dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak.Kematian bayi
meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data
terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup.
Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kecenderungan sekarang,
WHO memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia
dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi sekitar seperempat,
kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Usaha untuk mengatasi kematian ibu juga sulit, kata
laporan WHO itu.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun hanya di
negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah sementara
sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
WHO memperkirakan 504.000 dan 528.000
kematian dalam setahun karena komplikasi dalam kehamilan dan kelahiran terjadi
di Surabaya
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran
di Indonesia tersebut, diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak
merata. “Jika semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi
beban buat kita semua. Karena itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan
program KB,
Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar
tersebut, maka menurut Diouf diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat
dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi
di negara berkembang, di mana terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar.
F.KEMISKINAN DAN KELAPARAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam, bahkan letak
geografis negeri tercinta ini berada pada "ring of fire" akibat
pertemuan empat lempeng benua sehingga banyak gunung api aktif dengan kesuburan
tanah di sekitarnya.
Laporan akhir tahun 2012, data
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat sebanyak 8 juta anak balita
mengalami gizi buruk kategori "stunting" yakni tinggi badan yang
lebih rendah dibanding balita normal.
Dari data 23 juta anak balita di
Indonesia, 8 juta jiwa atau 35 persennya mengidap gizi buruk kategori stunting,
sementara untuk kasus gizi buruk tercatat sebanyak 900 ribu bayi atau sekitar
4,5 persen dari total jumlah bayi di seluruh Indonesia.
Dengan fenomena itu, Indonesia belum
bisa disebut sebagai negara makmur karena indikasi negara makmur antara lain
tidak satupun rakyatnya yang kelaparan, kurang gizi, apalagi meninggal dunia
akibat kelaparan. Kalau masih terjadi, maka negara itu belum sepenuhnya
dikatakan makmur.
Masyarakat Indonesia
seharusnya kaya dan sejahtera karena kemiskinan dan kelaparan tidak sepantasnya muncul
di Tanah Air tercinta ini, bahkan krisis air bersih, gizi buruk dan rawan
pangan seharusnya bukan hal yang patut dikhawatirkan di negeri yang makmur ini,
namun kenyataannya masih banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Gizi buruk tidak bisa
dipisahkan dengan persoalan kemiskinan, sehingga tidak sedikit program
pemerintah yang digelontorkan di daerah untuk menekan angka kemiskinan dan
perbaikan gizi anak, namun program tersebut tidak sepenuhnya tepat sasaran
karena tidak sedikit anggaran kesehatan yang menguap entah kemana.
Jika persoalan gizi buruk tidak
ditangani secara seius, maka Indonesia akan tidak akan memiliki generasi
penerus bangsa yang berkualitas karena anak-anak itulah yang akan menjadi pemimpin
di negeri ini kelak.
Masalah gizi adalah persoalan
mendesak yang harus segera diatasi di negeri "gemah ripah loh jinawi"
ini karena terlambat menanganinya bisa membawa dampak yang jauh lebih parah
dari sekadar bencana banjir dan tanah longsor.
Persoalan kekurangan gizi
bukan menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun semua pihak harus bahu
membahu dan bergotong royong untuk meningkatkan kepedulian terhadap gizi anak
dan balita karena merekalah yang akan menjadi penerus bangsa.
Semua sadar betapa besar pengaruh gizi
buruk terhadap masa depan suatu bangsa karena kekurangan gizi bisa menghambat
pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan yang meningkat, dan menyebabkan rendahnya
kualitas SDM.
\
Daftar
Pustaaka
Hartono, 2009, Geografi 2 Jelajah Bumi
dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program
Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, h. 34 – 46.
http://gamapermana80.blogspot.com/2009/11/pertumbuhan-penduduk-dan-kelaparan-di.html
http://youtube.com
https://ekofitriyanto.wordpress.com/2011/11/15/pertumbuhan-penduduk-dan-penyakit-yang-berkaitan-dengan-lingkungan/
http://ahnku.files.wordpress.com/2010/05/ekbang-uas-1-26-juli08.pp
0 komeng